Ramadhan 1433 H terasa terlalu cepat berlalu, belum lagi khatam bacaan tadarrus, belum lagi tuntas kehusuan dalam sholat dan i'tikaf. Syawal pun datang, waktu untuk meminta maaf pada orang-orang yang sempat kenal maupun tidak. Syawalpun hampa, ibu, bapak, mertua semua tlah tiada. Ingin silaturrahmi kerumah saudara di Jakarta/Bekasi, tapi mereka semua punya kampung, punya Solo, punya Kudus, punya Kulon, kalaupun datang kesana, merekapun pasti tidak ada.(hampa)
Ramadhan dan Syawal, waktunya berbagi Rizqi. Nikmat rasanya ketika berbagi dengan pak tua yang sedang berteduh dibawah pohon pinggir jalan, tak ada yang menyapa dan memesan perbaikan boboko (tempat nasi) karena mungkin sekarang bukan lagi jaman kejayaan pak tua itu. Doanya sangat panjang dan khusu sambil airmatanya berkaca, tak sebanding dengan rizqi yang hari ini ia peroleh.
Nikmat rasanya ketika berbagi dengan wanita baya belepot lumpur sawah, terlihat wajahnya letih, terburu-buru, mungkin karena ingin segera menukarkan kacang roai yang digenggamnya, wajahnyapun kini dapat sedikit tersenyum, mungkin karena mendapat sedikit tambahan rizqi hari ini.
Nikmat rasanya ketika berbagi dengan seorang pemulung didepan pesantren, keluar doa dari mulutnya yang kering dan karung kecil wadah rongsokan itupun belum terisi penuh.
Nikmat rasanya ketika berbagi dengan ustad kampung, ngobrol panjang lebar tentang kehidupannya.
Nikmat rasanya ketika berbagi dengan puluhan keponakan.
dan yang paling nikmat adalah ketika pembelajaran ini terjadi disaksikan oleh anak.
Libur paska idul fitripun hampir selesai, target tugas dan kreatifpun belum lagi terselesaikan. Berikan kekuatan dan kemampuan pada kami ya.. Alloh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar